Rabu, 06 Juni 2012

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
(Hakekat Pendekatan Dan Kecenderungannya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia)






OLEH

LA MUDA
A2D1 09 178





PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010

A.    Hakikat Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Prosedur

a.    Pendekatan
Pendekatan merupakan terjemahan dari approach, yang secara umum dapat diartikan cara memandang, yaitu cara umum seseorang melihat suatu masalah atau objek kajian tertentu, sehingga berdampak pada sikap atau perilakunya (Raka Joni, 1993). Misalnya, jika kita menggunakan pendekatan sistem dalam menangani masalah pendidikan, maka kita memandang pendidikan sebagai satu sistem. Artinya, kita menganggap bahwa pendidikan mempunyai berbagai komponen yang masing-masing berinteraksi dalam mencapai tujuan pedidikan. Dengan demikian kita paham bahwa setiap komponen mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya.

b.    Strategi
Jika pendekatam merupakan cara memandang menurut Raka Joni (1993), strategi merupakan ilmu dan kiat dalam memanfaatkan dalam segala sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan harus mengacu pada pencapaian tujuan. Dalam konteks pembelajaran, strategi dapat dikaitkan dengan usaha guru agar tujuan pembelajaran yang dirancang dapat dicapai. Oleh karena itu, cara memandang ini akan mempengaruhi guru dalam merumuskan tujuan, mengemas/mengorganisasikan materi dan  memili strategi penyampaian yang tepat.

c.    Prosedur
Prosedur merupakan urutan langkah-langkah yang ditempuh dalam  dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya dalam percobaan dimulai dari langkah satun, kedua, sampai yang terakhir.

d.    Metode
Agar dapat merancang dan melakukan strategi belajar mengajar yang efektif  seorang guru harus memiliki khasanah metode yang kaya. Metode atau method merupakan cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan. Misalnya, metode diskusi adalah cara untuk memecahkan masalah dengan membahasnya secara bersama-sama dalam kelompok kecil atau besar, yang umumnya sesuai untuk membentuk kemampuan berpikir kritis, kemampuan menyampikan dan menanggapi pendapat seara teratur.

e.    Teknik
Setiap metode dapat diterapkan dengan berbagai teknik teknik merupakan cara khusus atau khas untuk menerapkan metode tertentu, yang terkandung dari berbagai kondisi seperti kebiasaan guru, ketersediaan sarana/peralatan, kesiapan siswa dan waktu. Dengan demikian, satu metode dapat diterapkan dengan berbagai teknik.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui bahwa pendekatan, strategi, metode, dan teknik merupakan istila yang berbeda secara hierarkis. Artinya, istila yang satu dapat menurunkan istila yang lainnya.

A.    Kecenderungan Pendekatan dalam Pemebelajaran Bahasa Indonesia

1.    Pendekatan dalam Perumusan Tujuan Pengajaran
Tujuan pembelajaran merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan satu bagian tertentu dari program yang dirancang oleh pengembang kurikulum atau guru. Misalnya, jika pendekatan yang digunakan adalah pendekatan behavioristik, maka rumusan tujuan akan terpilah-pilah menjadi tujuan untuk penguasaan pengetahuan, keterampilan serta sikap dan nilai. 

2.    Kecenderungan dalam Pengemasan Materi
Sebagai suatu sistem, pengemasan materi sangat terkait dengan tujuan pembelajaran. Pada masa berlangsungnya kurikulum 1975, pengemaan materi pembelajaran dilakukan dengan membagi satu init menjadi beberapa aspek bahasa, seperti kosa kata (semantik), struktur atau kaidah bahasa, pragmatik (keterampilan berbahasa), dan sastra. Meskipun setiap unit diawali dengan wacana, tetapi ketika sampai pada materi setiap aspek, kaitan dengan wacana hampir lepas.
Munculnya kurikulum 1994 memunculkan kecenderungan baru dalam pengemasan materi. Secara eksplisit materi disebutkan bahwa materi pembelajaran bahasa Indonesia diikat oleh tema. Tema dibagi menjadi anak tema atau subtema, dan ketiga aspek pembelajaran bahasa yaitu kebahasaan, pemahaman dan penggunaan diikat oleh tema/anak tema yang dipilih. Penggunaan tematis digunakan dalam pengorganisasian materi pembelajaran atau pengemasan materi bahasa Indonesia.

3.    Kecenderungan dalam Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa dalam bahasa Indonesia tentu tidak dapat dipisahkan dari tujuan serta kegiatan pembelajaran. Namun pada kenyataannya, meskipun tujuan berubah, penilaian tetap saja sama.
Kenyataan tersebut tidak dapat dipertahankan dengan berubahnya tujuan pembelajaran bahasa seperti yang terdapat pada kurikulum 1994. Sistem evaluasi harus diubah sehingga memungkinkan terdeteksinya kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana untuk berpikir, bernalar, serta mengembangkan kemampuan intelektual dan ketajaman rasa seni dan budaya. Berkaitan dengan kebutuhan ini, muncullah kecenderungan baru untuk mencari alternatif dalam penilaian kemampuan berbahasa. Kecenderungan tersebut memunculkan berbagai tes perbuatan (performance test) serta portofolio sebagai alternatif dalam penilaian.
a.    Tes Perbuatan
Tes perbuatan sebenarnya sudah dipakai sejak lama, namun karena berkembangnya kesibukan para guru dan perkembangan dalam berbagai bidang yang membuat waktu menjadi terbatas, tes perbuatan seolah-olah dilupakan, sehingga tes tertulis dalam bentuk obyektif menjadi ukuran satu-satunya tingkat kemampuan berbahasa siswa. Jika kita ingin menilai kemampuan siswa yang sebenarnya kita wajib mengembangkan berbagai tes perbuatan. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek penggunaan bahasa, yaitu berbicara dan menulis, bahkan dapat merupakan tes untuk mengukur kemampuan yang terintegrasi.
Berkaitan dengan uraian di atas, tampaknya berbagai bentuk tes perbuatan dan tugas harus segera digalakkan pengembangan dan penggunaannya, sehingga tercapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat diukur dengan alat yang benar.
b.    Penilaian Portofolio
Penilaian kemampuan berbahasa siswa dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut portofolio, yaitu sekumpulan berkas yang ditata dengan rapi dan dijilid. Menurut Batzle (1992), portofolio menyediakan sajian fisual yang luar biasa tentang kemampuan, kekuatan, kelemahan, pencapaian, dan kemajuan siswa.
Penilaian dengan portofolio ini digunakan karena:
a)    Penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilakukan atas karya-karya siswa yang sudah dikumpulkan, sehingga siswa tidak merasakan satu tekanan ketika penilaian berlangsung.
b)    Karya-karya yang dipersiapkan siswa merupakan karya terbaik yang pernah dibuat oleh siswa pada kurun waktu tertentu, sehingga dapat menggambarkan kemampuan tertinggi siswa dalam bidang tertentu.
c)    Karya-karya yang dikemas dalam portofolio dibuat oleh siswa dibuat dengan senang hati tanpa tekanan.
Glazer dan Brown (1993) menekankan bahwa penilaian alternatif (penilaian portofolio) dalam menulis dan membaca sangat diperlukan karena tiga alasan yaitu pertama adanya ketidak puasan masnyarakat terhadap penggunaannya terhadap tes standar untuk membawa dan menulis yang lebih berdasarkan pertimbangan pakar sehingga skor yang diberikan hanya skor berdasarkan observasi atas tugas yang didemonstrasikan dalam ujian saja. Disamping itu apa yang diujikan berbeda dengan praktek di kelas. Kedua, adanya perubahan defenisi atau pandangan dalam pendidikan bahasa yang menekannkan pada apa yang dinamakan bahasa secara utuh, yang menuntut pembelajaran bahasa harus merupakan satu kesatuan yang utuh bukan fragmentasi. Ketiga, adanya perubahan dalam praktek pendidikan yang menolak kewajiban siswa karena tes standar memaksa siswa menghafal fakta-fakta yang fragmentasi, sementara penganut whole language percaya bahwa guru dan siswa harus besama-sama memonitor proses belajar, penilaian dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dan proses yang berkelanjutan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar