Jumat, 15 Juni 2012

KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGRI 10 KENDARI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang dan Masalah
1.1.1        Latar Belakang

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa dan negara, Indonesia.  Pentingnya peranan bahasa itu bersumber pada kedudukan bahasa, Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa resmi Negara.  Hal ini mempunyai fungsi sebagai alat untuk menjalankan admistrasi Negara, sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan media untuk mengkomunikasikan kebudayaan nasional.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tentunya bukan hanya siswa lulusan dalam ujian, melainkan mereka harus mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Mereka dibimbing dalam keterampilan berbahasa agar mampu memahami bahasa yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, agar mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.
Dalam hubungannya dalam kemampuan berbahasa, menulis merupakan hal yang sangat penting karena tidak hanya diukur dari segi keterampilan dan kemampuan menyusun kalimat, tetapi juga dalam menggunakan kosa kata, tanda baca dan menyusun karangan.
Menulis sendiri bukanlah sesuatu yang asing.  Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik dan cerita adalah contoh bentuk produk bahasa, tulis yang akrab dengan kehidupan kita.  Tulisan-tulisan ini menyajikan secara runtun dan menarik, ide, gagasan dan perasaan penulis.
Menurut Graves (dalam suparno, 2002:2), bahwa seseorang enggan menulis karangan karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.  Ketidak sukaan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat.
Smith (dalam Suparno, 2002 :2), mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri.  Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Bahkan Briton (dalam Suparno, 2002:2), mengatakan bahwa keberhasilan menulis dipengaruhi oleh ketepatan pemahaman penulis terhadap membaca tulisannya. Kemampuan ini memungkinkan kita sebagai penulis untuk memilih informasi serta  cara pengajaran  yang sesuai.
Menulis sebagai salah satu aspek kebahasaan yang diajarkan di sekolah menengah pertama dan tingkat atas dirasakan masih jauh dari harapan. Umumnya siswa masih sering mengalami kesulitan serta melakukan kesalahan dalam menulis atau mengarang Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh satu anggapan dari siswa bahwa menulis merupakan suatu beban berat. Anggapan tersebut  timbul  karena kegiatan menulis karangan membutuhkan tenaga, waktu serta perhatian yang sungguh-sungguh.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menghasilkan tulisan yang baik dituntut kemampuan teknis dan sejumlah pengetahuan serta keterampilan yang memadai untuk menulis dan sejumlah pengetahuan serta keterampilan yang memadai untuk menulis sebuah karangan yang sederhana. Dituntut dasar yang baik dari segi ejaan, pilihan kata, serta penataan kalimat dalam paragraph.
Lebih lanjut Syafi’ie (1988:42) mengemukakan bahwa menulis adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Orang mempunyai bakat menulis dan mendapatkan kesempatan yang banyak dalam belajar menulis, tentu orang yang dapat menggunakan itu semua akan menjadi penulis yang baik.  Orang yang tidak mempunyai bakat menulis tetapi mau belajar untuk menulis sungguh-sungguh serta mendapat kesempatan belajar dan berlatih, tentu akan dapat juga menjadi penulis. Jadi, pada dasarnya setiap siswa dapat belajar menulis supaya memiliki kemampuan menulis sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan menulis merupakan hasil dari kemampuan berbahasa  lainnya yakni kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Ketiga komponen tersebut menjadi dasar keterampilan menulis (Tarigan, 1990: 7).
Salah satu butir-butir pembelajaran menulis di SMP berdasarkan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  adalah menulis berbagai wacana. Menulis wacana sebagai bagian dari pembelajaran menulis penting dikuasai oleh siswa SMP. Dengan kemampuan tersebut siswa SMP diharapkan dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan melalui tulisan dengan baik dan benar. Menulis wacana merupakan kegiatan merangkai kta, frasa, dan paragraf, yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa wacana utuh.
Materi  pembelajaran menulis wacana di SMP khususnya kelas VIII lebih difokuskan pada kemampuan siswa menulis wacana deskripsi. Siswa dilatih dan dibimbing untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui kegiatan menulis wacana deskripsi.
Melihat gambaran tersebut, jelaslah bahwa pembelajaran menulis atau mengarang deskripsi sebagai bagian dari komponen dalam pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia telah dilaksanakan di SMP. Akan tetapi, pada kenyataan di sekolah masih banyak siswa SMP yang belum mampu mengarang deskripsi dengan baik. Kondosi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain minimnya kosa kata yang dimiliki siswa, pengetahuan tata bahasa yang terbatas, serta kurangnya latihan menulis yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun sebagai tugas siswa di rumah.
Data tentang kemampuan mengarang deskripsi siswa merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa itu sendiri. Data tersebut menjadi sumber informasi tentang kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan kelebihan-kelebihan yang perlu dipertahankan oleh siswa dalam mengarang deskripsi.
       
1.1.2        Masaalah

masalah dalam penelitian ini  adalah “Bagaimanakah Kemampuan Mengarang Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negri 10 Kendari?”
1.1.3        Tujuan Dan Manfaat Penelitian 
1.2.1    tujuan penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan mengarang  deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari.

1.2.2    Manfaat penelitian
            Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan informasi factual mengenai kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi. Informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak sekolah khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam usaha meningkatkan mutu pelajaran di SMP Negeri 10 Kendari.
2.      Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia disekolah menengah pertama.
3.      Sebagai bahan bandingan bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 













BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Mengarang dan Karangan
            Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata, mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulahdihasilkan suatu karangan.  Mengarang berarti menyususn atau mengarang.  Karangan bunga adalah hasil dari pekerjaan menyususn/merangkai bunga.
            Selanjutnya,Fizona (2005:211) menjelaskan bahwa kata merangkai pada, awalnya, tidak berkaitan dengan kegiatan menulis.  Cakupan makna, kata, merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan bends kongres seperti merangkai bunga atau merangkai benda.  Sejalan dengan kemajuan komunikasi clan bahasa, lama kelamaan timbul istilah merangkai kata.  Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat jelas jadilah pekerjaan mengarang.
            Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis.  Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa.  Sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan.  Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi aatau berpidato secara sert merta, otaknya terlebih dahulu harus mengrang sebelum mulutnya berbicara.  Ada saat berbicara, sang pembicara itu sebelumnya “bekerja keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah,, terfokus, sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat, bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif, klimaks atau anti klimaks).  Apa yang didengar atau yang ditanggkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
            Bertalian dengan uraian di atas, dapat diimpulkan bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topic dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan.  Untuk bahan perbandingan, disini dikutip pendapat Widyamartaya (1997-77).  Menurutnya, mengarang adalah kesesluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan penyampaiannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

2.2  Kemampuan Menulis Karangan
            Salah satu aspek kemampuan dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan menulis yang tidak kalah pentingnya dengan kemampuan berbahasa lainnya yaitu kemampuan membaca, menyimak dan berbicara.  Keempat aspek berkaitan satu sama lain untuk dimiliki siswa dalam mengembangkan kemampuan menulis karangan yang seyogyanya ditentukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
            Gie (1994:17) member batasan bahwa mengarang adalah sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam menuangkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.  Mengarang memiliki keseluruhan rangkaian bahasa seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan penyampaiannya melaluibahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
            Selain itu, Sirait dkk,(1995:6)mengatakan bahwa ditinjau dari wujudnya, mengarang berarti menghadirkan bentuk tulisan yang mengandung dua unsure utama yaitu kode kebahasaan dan pesan yang disampaikan.  Sebuah karangan yang baik, dengan sendirinya harus memiliki keselarasan hubungan antara elemen kode kebahasaan wahana, untuk menyaimpaikan segala pesan yang jelas.  Demikian pula untuk menciptakan tulisan yang baik, tentunya dituntut adanya kualitas, kepaduan, dan kesalarasan hubungan antara elemen pendukung.  Bahasa pemanfaatan cara lain sangat diperlukan dalam mengarang, sehingga sang penulis menguasai masalah serta dapat menulisnya dengan jelas.
            Menurut Nafia (1981:3) bahwa dalam penulis karangan kita dapat memperoleh manfaat antra lain.
1.       Melatih menyalurkan pikiran clan perasaan
2.      Melatih menyusun kalimat, menggunakan perbendaharaan, kata, dan membiasakan menggunakan ejaan yang benar
3.      Mengembangkan fantasi dan melatih daya cipta
4.      Melatih mengembangkan kehidupan pribadi
Manfaat dalam kegiatan mengarang yang dikemukakan tersebut dapat tercapai apabila seorang siswa telah menyadari pentingnya mempelajari bahasa Indonesia.
2.3  Konsep Wacana
2.3.1  pengertian Wacana
Wacana tidak hanya terdiri dari uraian atau kalimat yang secara gramatikal teratur dan rapi (Tarigan, 1987:24). Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau klausa, seperti peraturan percakapan atau teks-teks tertulis.  Secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (tarigan, 1987:24).  Lebih lanjut Tarigan mengatakan bahwa wacana satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal.  Merupakan satuan gramatikal yang tinggi tertinggi dan terbesar.  Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh.

2.3.2  Jenis-jenis wacana
            Berdasarkan tujuan berkomunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi (Rani, 2004 :37)  kelima wacana tersebut adalah sebagai berikut
1.       Wacana deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga onjek itu berada didepan mata pembaca.
2.      Wacana narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga Nampak seolah-olah para pembaca melihat dan mengalami sendri peristiwa itu, sebab itu, unsure yang paling penting dalam suatu narasi adalah unsure perbuatan atau tindak yang dalam suatu rangkaian waktu.
3.      Wacana argumentasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha membuktikan gagasan atau pendapat pengarang dengan berbagai argument.  Tujuannya adalah pembaca meyakini dan mempercayai pendapat pengarang guna mencapai tujuan tersebut pengarang mengumpulkan data.
4.      Wacana eksposisi adalah suatu bentuk karangan berisi sebuah gagasan atau ide yang berisis penjelasan. 
5.      Wacana persuasi merupakan wacana bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya. 

2.4  Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal.  Aspek kejiwaan yang dapat mencerna tersebut adalah emosi hanya melalui emosi, seseorang dapat membentuk citra atau imajinasi sesuatu.  Oleh sebab itu, ciri khas wacana deskripsi ditandai dengan penggunakan kata-kata yang bersifat deskriptif, seperti rambutnya ikal, matanya biru.  Dalam wacana ini biasanya tidak diguanakan kata-kata yang bersifat evaluatuf yang terlalu abstrak, seperti : tinggi sekali, berat badan tidak seimbang, mata indah sebagainya (Rani 2004:8)
            Wacana deskriptif banyak digunakan dalam catalog penjualan dan juga data-data kepolisian.  Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi umunya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif.  Karangan deskripsi berisis gambaran mengenai suatu hal keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan hal tersebut.

            2.5  Kemampuan Menulis Wacana deskripsi
            Deskripsi atau pemerian merupakan suatu bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.  Kata deskripsi bersal dari kata bahasa latin describes yang berarti menulis tentang atau membeeberkan suatu hal.  Sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemberian, yang kata peri –memerikan yang berarti melukiskan sesuatu (Keraf, 1982:93)
            Dalam menulis wacana deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan persaan kepada pembaca, menyampaikan sifat dan semua perincian-perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tersebut.  Sasaran yang ingin dicapai pnulis deskripsi adalah untuk menciptakan atau memungkinkan tercapainya daya hayalnya (imajinasi0 pada para pembaca, seolah-olah melihat sendri objek tali secara keseluruhan secara yang dialamai oleh penulisnya.

           

2.6  Aspek-aspek Menulis Wacana Deskripsi
            Aspek-aspek dalam menulis wacana deskripsi dibago menjadi empat,
1  gambaran tentang objek, 2 penjelasan secara terpperinci, 3 kalimat yang logis 4 penjelasab secara sestematis.  
Dalam penulisan wacana deskripsi ada objek yang hendak digambarkan.  Objek ditandai dengan kata benda sebagai contoh, dalam wacana deskripsi terdapat kata-kata laboratorium, ruang kelas, pantai dan lain-lain.
Penggambaran secara sistematis sangat penting dalam wacana deskripsi.  Sistematis dapat menunjuk terperincinya objek yang hendak digambarkan.  Hal ini sesuai dengan pendapat Marahim (1994:33) bahwa sistematik berarti tempat dan waktu digambarkan menurut urutan kejadian.

2.7  Pembelajaran Wacana Bahasa Indonesia di Kelas VIII SMP Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Salah satu bahasa pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu dicermati dalam KTSP adalah pembelajaran menulis wacana.  Pembelajaran wacana dalam KBK di kelas VIII SMP secara umum berbicara, tentang siswa mampu menulis untuk mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk wacana, dengan kompetensi dasar siswa mampu menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu  dan tempat dalam bentuk wacana narasi.
Pembelajaran wacana narasi di SMP kelas VIII berdasarkan KTSP memuat indicator : meendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi wacana , dan sebagainya.




BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1    Metode dan Jenis Penelitian
3.1.1        Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kuantitatif.  Istilah deskriptif mengisaratkan bahwa penelitian yang dilaksanakan semata-mata hanya untuk memberikan gambaran berdasarkan fakta atau fenomena kemampuan mengarang deskripsi  siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari yang di kemukakan dilapangan.  Istilah kuantitatif mengisaratkan bahwa data-data dalam penelitian ini merupakan dan diolah berdasarkan prinsip-prinsip statistik sederhana.
3.2     Populasi dan Sampel
3.2.1        populasi Penelitian
populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari yang telah terdaftar pada tahun pelajaran 2009/2010 yaitu berjumlah 120 orang.  Jumlah tersebar terbagi-bagi dalam tiga kelas.  Populasi penelitian ini bersifat heterogen karena tingkat kemampuan setiap siswa berbeda.  Hal ini tampak pada nilai rapor yang bervariasi 6,00-9,00 yang dicapai oleh siswa.  Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan populasi kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari dapat dilihat pada tabel berikut.
 Keadaan populasi SMP Negeri 10 Kendari
Nilai Rapor
Jumlah Populasi
5,9-6,8
28
6,9-7,8
35
7,9-8,8
26
8,9-9,8
31
Total
120

3.2.2        Sampel Penelitian
Berdasarkan tabel populasi SMP Negeri 10 Kendari yang berjumlah 120 orang dapat ditarik sampel dengan jumlah 18 orang atau 15% taraf kesalahan.
Tabel Krejcie –morgan

Populasi
sampel
Populasi
Sampel
Populasi
Sampel
10
10
220
140
1200
291
15
14
230
144
1300
297
20
19
240
148
1400
302
25
24
250
152
1500
306
30
28
260
155
1600
310
35
32
270
159
1700
313
40
36
280
162
1800
317
45
40
290
165
1900
320
50
44
300
169
2000
322
55
48
320
175
2200
327
60
52
340
181
2400
331
65
56
360
186
2600
335
70
59
380
191
2800
338
75
63
400
196
3000
341
80
66
420
201
3500
346
85
70
440
205
4000
351
90
73
460
210
4500
354
95
76
480
214
5000
357
100
80
500
217
6000
361
110
86
550
226
7000
364
120
92
600
234
8000
367
130
97
650
242
9000
268
140
103
700
248
10000
370
150
108
750
254
15000
375
160
113
800
260
20000
377
170
118
850
265
30000
379
180
123
900
269
40000
380
190
127
950
274
50000
381
200
132
1000
278
75000
382
210
136
1100
285
100000
384



Tabel diatas menjelaskan bahwa bila populasi sebanyak 120 orang, maka sampel yang diambil sebanyak 18 orang atau 15% taraf kesalahan.  Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah stratified proposional Random sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan cara mengurutkan prestasi siswa dari nilai yang terendah sampai nilai yang tertinggi dan mengambil sampel secara seimbang dari masing-masing nilai yang berbeda.  Untuk lebih jelasnya keadaan sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Sampel penelitian
Nilai Rapor
Jumlah Populasi
Jumlah Sampel
5,9-6,8
28
4
6,9-7,8
35
7
7,9-8,8
26
2
8,9-9,8
31
5
Total
120
18


3.3    Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan intrumen tes mengarang deskripsi.  Menggunakan teks mengarang deskripsi didasarkan pertimbangan bahwa kemampuan mengarang merupakan keterampilan ybersifat produktif sehingga akan tepat bila digunakan tes perbuatan dalam bentuk karangan.  Agar siswa lebih komunikatif, maka ditentukan petunjuk mengenai:
1.      Isi dan konteks tulisan meliputi
a.        Objek
b.      Tujuan
c.       Penyusunan aspek
2.       Panjang tulisan 75-100 kata (minimal 3 paragraf0
3.      Waktu yang disediakan 2x40 menit

3.4  Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument tes meengarang.  Untuk memperlancar dan menjaga objektifitas pengumpulan data, peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Data yang diperoleh dari hasil tulisan siswa setelah terkumpul dioleh untuk menentukan tulisan yang bercorak deskripsi.  Setelah itu, diamati sesuai dengan aspek yang dinilai.  Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut .
1.       Member kode pada lembar kerja siswa yang akan dijadikan sampel penelitian dengan member nomor urut.
2.      Mengoreksi tulisan siswa karena ada kemungkinan sebagai kata atau kaliamt tidak terbaca
3.      Mengoreksi tulisan siswa dengan melihat tiga aspek yang dinilai dalam wacana deskripsi yang dibuat siswa

3.5    Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam pendeskripsian dilakukan teknik presentase.  Tingkat kemampuan mengarang deskripsi mengacu pada criteria penilaian ketuntasan belajar individu jika mempunyai ketuntasan minimal 65% sedangkan tuntas belajar secara klasikal apa bila minimal 80% siswa mencapai kemampuan minimal 65%.
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan mengarang deskripsi secara individual adalah :

KKM indicator = Jumlah Skor Perolehan  x 100
                                 Skor maksimal KKM
Rumus yang digunakan untuk mengetahui kemampuan secara klasikal dalam mengarang deskripsi adalah
Jumlah siswa yang memperoleh presentase  x  100%
            Jumlah seluruh siswa









DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjo, Mukayat. 1989, Penulis Karangan Ilmiah. Jakarta:CV Presindo
Finoza, Lamuddin.  2005, Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Media
Gie, The liang. 1994.  Pengarang dunia Karang-Mengarang.Yogyakarta : Liberty
Nafia.1981, Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya : Indonesia
Rani, Abdul,d

Tidak ada komentar:

Posting Komentar