BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1
Latar
Belakang
Bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa dan
negara, Indonesia. Pentingnya peranan
bahasa itu bersumber pada kedudukan bahasa, Indonesia sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa resmi Negara. Hal ini
mempunyai fungsi sebagai alat untuk menjalankan admistrasi Negara, sebagai alat
pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya
dan bahasanya, dan media untuk mengkomunikasikan kebudayaan nasional.
Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tentunya bukan hanya siswa lulusan
dalam ujian, melainkan mereka harus mampu berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mereka dibimbing dalam keterampilan berbahasa agar mampu memahami bahasa
yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, agar mampu berkomunikasi dengan
baik dan benar.
Dalam
hubungannya dalam kemampuan berbahasa, menulis merupakan hal yang sangat
penting karena tidak hanya diukur dari segi keterampilan dan kemampuan menyusun
kalimat, tetapi juga dalam menggunakan kosa kata, tanda baca dan menyusun
karangan.
Menulis
sendiri bukanlah sesuatu yang asing.
Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik dan cerita
adalah contoh bentuk produk bahasa, tulis yang akrab dengan kehidupan
kita. Tulisan-tulisan ini menyajikan
secara runtun dan menarik, ide, gagasan dan perasaan penulis.
Menurut
Graves (dalam suparno, 2002:2), bahwa seseorang enggan menulis karangan karena
tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa
tidak tahu bagaimana harus menulis.
Ketidak sukaan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan
masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah
yang kurang memotivasi dan merangsang minat.
Smith
(dalam Suparno, 2002 :2), mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang
dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk
terampil menulis dan mengajarkannya. Bahkan Briton (dalam Suparno, 2002:2),
mengatakan bahwa keberhasilan menulis dipengaruhi oleh ketepatan pemahaman
penulis terhadap membaca tulisannya. Kemampuan ini memungkinkan kita sebagai
penulis untuk memilih informasi serta
cara pengajaran yang sesuai.
Menulis
sebagai salah satu aspek kebahasaan yang diajarkan di sekolah menengah pertama
dan tingkat atas dirasakan masih jauh dari harapan. Umumnya siswa masih sering
mengalami kesulitan serta melakukan kesalahan dalam menulis atau mengarang
Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh satu anggapan dari siswa bahwa
menulis merupakan suatu beban berat. Anggapan tersebut timbul karena kegiatan menulis karangan membutuhkan
tenaga, waktu serta perhatian yang sungguh-sungguh.
Sehubungan
dengan hal tersebut, untuk menghasilkan tulisan yang baik dituntut kemampuan
teknis dan sejumlah pengetahuan serta keterampilan yang memadai untuk menulis
dan sejumlah pengetahuan serta keterampilan yang memadai untuk menulis sebuah
karangan yang sederhana. Dituntut dasar yang baik dari segi ejaan, pilihan kata,
serta penataan kalimat dalam paragraph.
Lebih
lanjut Syafi’ie (1988:42) mengemukakan bahwa menulis adalah keterampilan yang
dapat dipelajari. Orang mempunyai bakat menulis dan mendapatkan kesempatan yang
banyak dalam belajar menulis, tentu orang yang dapat menggunakan itu semua akan
menjadi penulis yang baik. Orang yang
tidak mempunyai bakat menulis tetapi mau belajar untuk menulis sungguh-sungguh
serta mendapat kesempatan belajar dan berlatih, tentu akan dapat juga menjadi
penulis. Jadi, pada dasarnya setiap siswa dapat belajar menulis supaya memiliki
kemampuan menulis sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan menulis merupakan
hasil dari kemampuan berbahasa lainnya
yakni kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Ketiga komponen tersebut
menjadi dasar keterampilan menulis (Tarigan, 1990: 7).
Salah
satu butir-butir pembelajaran menulis di SMP berdasarkan. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah menulis
berbagai wacana. Menulis wacana sebagai bagian dari pembelajaran menulis
penting dikuasai oleh siswa SMP. Dengan kemampuan tersebut siswa SMP diharapkan
dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan melalui
tulisan dengan baik dan benar. Menulis wacana merupakan kegiatan merangkai kta,
frasa, dan paragraf, yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa wacana utuh.
Materi pembelajaran menulis wacana di SMP khususnya
kelas VIII lebih difokuskan pada kemampuan siswa menulis wacana deskripsi.
Siswa dilatih dan dibimbing untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui
kegiatan menulis wacana deskripsi.
Melihat
gambaran tersebut, jelaslah bahwa pembelajaran menulis atau mengarang deskripsi
sebagai bagian dari komponen dalam pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia telah
dilaksanakan di SMP. Akan tetapi, pada kenyataan di sekolah masih banyak siswa
SMP yang belum mampu mengarang deskripsi dengan baik. Kondosi tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain minimnya kosa kata yang dimiliki
siswa, pengetahuan tata bahasa yang terbatas, serta kurangnya latihan menulis
yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun
sebagai tugas siswa di rumah.
Data
tentang kemampuan mengarang deskripsi siswa merupakan syarat yang harus
dipenuhi untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa itu sendiri. Data tersebut
menjadi sumber informasi tentang kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki
dan kelebihan-kelebihan yang perlu dipertahankan oleh siswa dalam mengarang
deskripsi.
1.1.2
Masaalah
masalah
dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah Kemampuan Mengarang Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negri 10
Kendari?”
1.1.3
Tujuan
Dan Manfaat Penelitian
1.2.1 tujuan penelitian
Tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan
mengarang deskripsi siswa kelas VIII SMP
Negeri 10 Kendari.
1.2.2 Manfaat
penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
informasi factual mengenai kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi. Informasi
ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak sekolah khususnya guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia dalam usaha meningkatkan mutu pelajaran di SMP
Negeri 10 Kendari.
2. Sebagai
bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan pembelajaran
bahasa Indonesia disekolah menengah pertama.
3. Sebagai
bahan bandingan bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Mengarang dan Karangan
Sebelum merumuskan pengertian
karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata, mengarang, sebab dari
kegiatan yang disebut mengarang itulahdihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti menyususn atau
mengarang. Karangan bunga adalah hasil
dari pekerjaan menyususn/merangkai bunga.
Selanjutnya,Fizona (2005:211)
menjelaskan bahwa kata merangkai pada, awalnya, tidak berkaitan dengan kegiatan
menulis. Cakupan makna, kata, merangkai
mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan bends kongres seperti
merangkai bunga atau merangkai benda.
Sejalan dengan kemajuan komunikasi clan bahasa, lama kelamaan timbul
istilah merangkai kata. Lalu berlanjut
dengan merangkai kalimat jelas jadilah pekerjaan mengarang.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan
tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa. Sebagai mediumnya dapat berlangsung secara
lisan. Seseorang yang berbicara,
misalnya dalam sebuah diskusi aatau berpidato secara sert merta, otaknya
terlebih dahulu harus mengrang sebelum mulutnya berbicara. Ada saat berbicara, sang pembicara itu
sebelumnya “bekerja keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur,
terarah,, terfokus, sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata,
struktur kalimat, bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif,
klimaks atau anti klimaks). Apa yang
didengar atau yang ditanggkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan
lisan.
Bertalian dengan uraian di atas,
dapat diimpulkan bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan
alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topic dan tema tertentu guna
memperoleh hasil akhir berupa karangan.
Untuk bahan perbandingan, disini dikutip pendapat Widyamartaya (1997-77). Menurutnya, mengarang adalah kesesluruhan
rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan penyampaiannya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
2.2
Kemampuan Menulis Karangan
Salah satu aspek kemampuan dalam
pelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan menulis yang tidak kalah pentingnya
dengan kemampuan berbahasa lainnya yaitu kemampuan membaca, menyimak dan
berbicara. Keempat aspek berkaitan satu
sama lain untuk dimiliki siswa dalam mengembangkan kemampuan menulis karangan
yang seyogyanya ditentukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Gie (1994:17) member batasan bahwa
mengarang adalah sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam
menuangkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Mengarang memiliki
keseluruhan rangkaian bahasa seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
penyampaiannya melaluibahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
Selain itu, Sirait
dkk,(1995:6)mengatakan bahwa ditinjau dari wujudnya, mengarang berarti
menghadirkan bentuk tulisan yang mengandung dua unsure utama yaitu kode
kebahasaan dan pesan yang disampaikan. Sebuah
karangan yang baik, dengan sendirinya harus memiliki keselarasan hubungan
antara elemen kode kebahasaan wahana, untuk menyaimpaikan segala pesan yang
jelas. Demikian pula untuk menciptakan
tulisan yang baik, tentunya dituntut adanya kualitas, kepaduan, dan kesalarasan
hubungan antara elemen pendukung. Bahasa
pemanfaatan cara lain sangat diperlukan dalam mengarang, sehingga sang penulis
menguasai masalah serta dapat menulisnya dengan jelas.
Menurut Nafia (1981:3) bahwa dalam
penulis karangan kita dapat memperoleh manfaat antra lain.
1. Melatih menyalurkan pikiran clan perasaan
2. Melatih
menyusun kalimat, menggunakan perbendaharaan, kata, dan membiasakan menggunakan
ejaan yang benar
3. Mengembangkan
fantasi dan melatih daya cipta
4. Melatih
mengembangkan kehidupan pribadi
Manfaat
dalam kegiatan mengarang yang dikemukakan tersebut dapat tercapai apabila
seorang siswa telah menyadari pentingnya mempelajari bahasa Indonesia.
2.3
Konsep Wacana
2.3.1 pengertian Wacana
Wacana
tidak hanya terdiri dari uraian atau kalimat yang secara gramatikal teratur dan
rapi (Tarigan, 1987:24). Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau
klausa, seperti peraturan percakapan atau teks-teks tertulis. Secara singkat apa yang disebut teks bagi
wacana adalah kalimat bagi ujaran (tarigan, 1987:24). Lebih lanjut Tarigan mengatakan bahwa wacana
satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal. Merupakan satuan gramatikal yang tinggi
tertinggi dan terbesar. Wacana ini
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh.
2.3.2 Jenis-jenis wacana
Berdasarkan tujuan berkomunikasi,
wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi, narasi, argumentasi,
eksposisi, dan persuasi (Rani, 2004 :37)
kelima wacana tersebut adalah sebagai berikut
1. Wacana deskripsi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga onjek itu
berada didepan mata pembaca.
2. Wacana
narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa sehingga Nampak seolah-olah para pembaca melihat dan mengalami sendri
peristiwa itu, sebab itu, unsure yang paling penting dalam suatu narasi adalah
unsure perbuatan atau tindak yang dalam suatu rangkaian waktu.
3. Wacana
argumentasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha membuktikan gagasan atau
pendapat pengarang dengan berbagai argument.
Tujuannya adalah pembaca meyakini dan mempercayai pendapat pengarang
guna mencapai tujuan tersebut pengarang mengumpulkan data.
4. Wacana
eksposisi adalah suatu bentuk karangan berisi sebuah gagasan atau ide yang
berisis penjelasan.
5. Wacana
persuasi merupakan wacana bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan
tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.
2.4
Wacana Deskripsi
Wacana
deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar
dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna tersebut
adalah emosi hanya melalui emosi, seseorang dapat membentuk citra atau
imajinasi sesuatu. Oleh sebab itu, ciri
khas wacana deskripsi ditandai dengan penggunakan kata-kata yang bersifat
deskriptif, seperti rambutnya ikal, matanya biru. Dalam wacana ini biasanya tidak diguanakan
kata-kata yang bersifat evaluatuf yang terlalu abstrak, seperti : tinggi
sekali, berat badan tidak seimbang, mata indah sebagainya (Rani 2004:8)
Wacana deskriptif banyak digunakan
dalam catalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi
umunya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Karangan deskripsi berisis gambaran mengenai
suatu hal keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau
merasakan hal tersebut.
2.5 Kemampuan Menulis Wacana deskripsi
Deskripsi atau pemerian merupakan
suatu bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan
perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi bersal dari kata bahasa latin
describes yang berarti menulis tentang atau membeeberkan suatu hal. Sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan
menjadi pemberian, yang kata peri –memerikan yang berarti melukiskan sesuatu
(Keraf, 1982:93)
Dalam menulis wacana deskripsi
penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan persaan kepada pembaca,
menyampaikan sifat dan semua perincian-perincian wujud yang dapat ditemukan
pada objek tersebut. Sasaran yang ingin
dicapai pnulis deskripsi adalah untuk menciptakan atau memungkinkan tercapainya
daya hayalnya (imajinasi0 pada para pembaca, seolah-olah melihat sendri objek
tali secara keseluruhan secara yang dialamai oleh penulisnya.
2.6
Aspek-aspek Menulis Wacana Deskripsi
Aspek-aspek dalam menulis wacana
deskripsi dibago menjadi empat,
1 gambaran tentang objek, 2 penjelasan secara
terpperinci, 3 kalimat yang logis 4 penjelasab secara sestematis.
Dalam
penulisan wacana deskripsi ada objek yang hendak digambarkan. Objek ditandai dengan kata benda sebagai
contoh, dalam wacana deskripsi terdapat kata-kata laboratorium, ruang kelas,
pantai dan lain-lain.
Penggambaran
secara sistematis sangat penting dalam wacana deskripsi. Sistematis dapat menunjuk terperincinya objek
yang hendak digambarkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marahim (1994:33) bahwa sistematik berarti tempat dan waktu
digambarkan menurut urutan kejadian.
2.7
Pembelajaran Wacana Bahasa Indonesia di Kelas VIII SMP Berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Salah
satu bahasa pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu dicermati dalam KTSP
adalah pembelajaran menulis wacana.
Pembelajaran wacana dalam KBK di kelas VIII SMP secara umum berbicara,
tentang siswa mampu menulis untuk mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk
wacana, dengan kompetensi dasar siswa mampu menulis gagasan dengan menggunakan
pola urutan waktu dan tempat dalam
bentuk wacana narasi.
Pembelajaran
wacana narasi di SMP kelas VIII berdasarkan KTSP memuat indicator : meendaftar
topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi wacana , dan sebagainya.
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1
Metode
dan Jenis Penelitian
3.1.1
Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kuantitatif. Istilah deskriptif mengisaratkan bahwa
penelitian yang dilaksanakan semata-mata hanya untuk memberikan gambaran
berdasarkan fakta atau fenomena kemampuan mengarang deskripsi siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari yang
di kemukakan dilapangan. Istilah
kuantitatif mengisaratkan bahwa data-data dalam penelitian ini merupakan dan
diolah berdasarkan prinsip-prinsip statistik sederhana.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
populasi
Penelitian
populasi
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari yang
telah terdaftar pada tahun pelajaran 2009/2010 yaitu berjumlah 120 orang. Jumlah tersebar terbagi-bagi dalam tiga
kelas. Populasi penelitian ini bersifat
heterogen karena tingkat kemampuan setiap siswa berbeda. Hal ini tampak pada nilai rapor yang
bervariasi 6,00-9,00 yang dicapai oleh siswa.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan populasi kelas VIII SMP Negeri 10
Kendari dapat dilihat pada tabel berikut.
Keadaan populasi SMP Negeri 10 Kendari
Nilai Rapor
|
Jumlah Populasi
|
5,9-6,8
|
28
|
6,9-7,8
|
35
|
7,9-8,8
|
26
|
8,9-9,8
|
31
|
Total
|
120
|
3.2.2
Sampel
Penelitian
Berdasarkan
tabel populasi SMP Negeri 10 Kendari yang berjumlah 120 orang dapat ditarik
sampel dengan jumlah 18 orang atau 15% taraf kesalahan.
Tabel
Krejcie –morgan
Populasi
|
sampel
|
Populasi
|
Sampel
|
Populasi
|
Sampel
|
10
|
10
|
220
|
140
|
1200
|
291
|
15
|
14
|
230
|
144
|
1300
|
297
|
20
|
19
|
240
|
148
|
1400
|
302
|
25
|
24
|
250
|
152
|
1500
|
306
|
30
|
28
|
260
|
155
|
1600
|
310
|
35
|
32
|
270
|
159
|
1700
|
313
|
40
|
36
|
280
|
162
|
1800
|
317
|
45
|
40
|
290
|
165
|
1900
|
320
|
50
|
44
|
300
|
169
|
2000
|
322
|
55
|
48
|
320
|
175
|
2200
|
327
|
60
|
52
|
340
|
181
|
2400
|
331
|
65
|
56
|
360
|
186
|
2600
|
335
|
70
|
59
|
380
|
191
|
2800
|
338
|
75
|
63
|
400
|
196
|
3000
|
341
|
80
|
66
|
420
|
201
|
3500
|
346
|
85
|
70
|
440
|
205
|
4000
|
351
|
90
|
73
|
460
|
210
|
4500
|
354
|
95
|
76
|
480
|
214
|
5000
|
357
|
100
|
80
|
500
|
217
|
6000
|
361
|
110
|
86
|
550
|
226
|
7000
|
364
|
120
|
92
|
600
|
234
|
8000
|
367
|
130
|
97
|
650
|
242
|
9000
|
268
|
140
|
103
|
700
|
248
|
10000
|
370
|
150
|
108
|
750
|
254
|
15000
|
375
|
160
|
113
|
800
|
260
|
20000
|
377
|
170
|
118
|
850
|
265
|
30000
|
379
|
180
|
123
|
900
|
269
|
40000
|
380
|
190
|
127
|
950
|
274
|
50000
|
381
|
200
|
132
|
1000
|
278
|
75000
|
382
|
210
|
136
|
1100
|
285
|
100000
|
384
|
Tabel
diatas menjelaskan bahwa bila populasi sebanyak 120 orang, maka sampel yang
diambil sebanyak 18 orang atau 15% taraf kesalahan. Teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah stratified proposional Random sampling, yaitu suatu teknik
pengambilan sampel dengan cara mengurutkan prestasi siswa dari nilai yang
terendah sampai nilai yang tertinggi dan mengambil sampel secara seimbang dari
masing-masing nilai yang berbeda. Untuk
lebih jelasnya keadaan sampel dapat dilihat pada tabel berikut.
Sampel
penelitian
Nilai Rapor
|
Jumlah Populasi
|
Jumlah Sampel
|
5,9-6,8
|
28
|
4
|
6,9-7,8
|
35
|
7
|
7,9-8,8
|
26
|
2
|
8,9-9,8
|
31
|
5
|
Total
|
120
|
18
|
3.3
Instrumen
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan intrumen tes mengarang deskripsi. Menggunakan teks mengarang deskripsi didasarkan
pertimbangan bahwa kemampuan mengarang merupakan keterampilan ybersifat
produktif sehingga akan tepat bila digunakan tes perbuatan dalam bentuk
karangan. Agar siswa lebih komunikatif,
maka ditentukan petunjuk mengenai:
1. Isi
dan konteks tulisan meliputi
a. Objek
b. Tujuan
c. Penyusunan
aspek
2. Panjang tulisan 75-100 kata (minimal 3
paragraf0
3. Waktu
yang disediakan 2x40 menit
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan instrument tes meengarang. Untuk memperlancar dan menjaga objektifitas
pengumpulan data, peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Data
yang diperoleh dari hasil tulisan siswa setelah terkumpul dioleh untuk
menentukan tulisan yang bercorak deskripsi.
Setelah itu, diamati sesuai dengan aspek yang dinilai. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut .
1. Member kode pada lembar kerja siswa yang akan
dijadikan sampel penelitian dengan member nomor urut.
2. Mengoreksi
tulisan siswa karena ada kemungkinan sebagai kata atau kaliamt tidak terbaca
3. Mengoreksi
tulisan siswa dengan melihat tiga aspek yang dinilai dalam wacana deskripsi
yang dibuat siswa
3.5
Teknik
Analisis Data
Analisis
data dilakukan secara deskriptif dalam pendeskripsian dilakukan teknik
presentase. Tingkat kemampuan mengarang
deskripsi mengacu pada criteria penilaian ketuntasan belajar individu jika
mempunyai ketuntasan minimal 65% sedangkan tuntas belajar secara klasikal apa
bila minimal 80% siswa mencapai kemampuan minimal 65%.
Rumus
yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan mengarang deskripsi secara
individual adalah :
KKM
indicator = Jumlah Skor Perolehan
x 100
Skor maksimal KKM
Rumus
yang digunakan untuk mengetahui kemampuan secara klasikal dalam mengarang
deskripsi adalah
Jumlah
siswa yang memperoleh presentase ≥ x 100%
Jumlah seluruh siswa
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjo,
Mukayat. 1989, Penulis Karangan Ilmiah.
Jakarta:CV Presindo
Finoza,
Lamuddin. 2005, Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Media
Gie,
The liang. 1994. Pengarang dunia Karang-Mengarang.Yogyakarta
: Liberty
Nafia.1981,
Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya :
Indonesia
Rani, Abdul,d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar