Rabu, 06 Juni 2012

KAJIAN PROSA FIKSI
UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI PENDEKATAN STRUKTURAL
( “BULAN CELURIT API” KARYA BENNY ARNAS )





   






OLEH
LA MUDA
A2D1 09 178












PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010



 “BULAN CELURIT API” KARYA BENNY ARNAS
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsure yang terdapat dalam cerpen Bulan Celurit Api ini sebagai berikut:
•    Tema
Tema atau pokok persoalan yang cerpen Bulan Celurit Api terletak pada persoalan batin Mak Muna setelah melihat Bulan Celurit Api yang seakan mengajak pucuk rumah limas berseteru, dan ditafsirkannya akan terjadi sebuah perselisihan besar. Gambaran itu dapat diliat pada bagian awal cerita ini yaitu:
“Mak Muna duduk ditubir jenjang. Menengadah kekelam raya. Bulan berubah menjadi celurit api. Lagaknya mengajak puncak limas berseteru. Mak Muna risau. Itu adalah lukisam masa hadapan yang tak berbingkai. Apabila diutarakannya tafsir tentang peperangan bulan sabit dan atap rumah pusaka itu pasti sesiapa menolak bersetuju. Firasatnya, kampung akan petaka. Ah, Mak Muna mati-matian menindih-redam ramalan yang menyembul-nyalang itu. Cukuplah praduganya terdahulu yang melesat bak boomerang. Menancap-menusuk kehidupannya.
Kemudian pada parageaf 5 gambaran itu ditegaskan kembali, yaitu:
“….Ah, bulan celurit itu tak menantang pucuk Limas. Aku berlebihan saja dalam berkira….”
Kemudian kembali ditegaskan pada bagian akhir cerita yaitu:
“….Ah, mungkin ia terlalu tua hingga tak dapat membaca satu tanda yang menyumbulkan keganjilan yang maha: Bulan Celurit Api yang menantang pucuk Limasnya beberapa hari yang lalu. Dan kini berbalik: Pucuk Limas yang menantangnya dengan bara yang menyala-nyala, hendak memanggang sabit raksasa itu. Ah! Kini, bukan saatnya meraba alamat tanda atau menyesali kebodohan berkira-kira… Ini salah bumi, yang lumar berkurap-kurap, yang berkarat terlampau pekat!”
Dengan demikian maka, jika kita buat kesimpulan dari uraian  di atas maka tema cerpen ini adalah seorang wanita tua (Mak Muna) yang memiliki kemampuan menafsirkan sesuatu dengan melihat tanda-tanda alam.
•    Amanat
Didalam sebuah cerita, gagasan dalam atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluruh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini adalah, apabila ada sesuatu yang mengganjal di hati, tidak ada salahnya kita ungkapkan. Ungkapan ini dapat kita liat pada kutipan berikut ini.
“Mak Muna duduk ditubir jenjang. Menengadah kekelam raya. Bulan berubah menjadi celurit api. Lagaknya mengajak puncak limas berseteru. Mak Muna risau. Itu adalah lukisam masa hadapan yang tak berbingkai. Apabila diutarakannya tafsir tentang peperangan bulan sabit dan atap rumah pusaka itu pasti sesiapa menolak bersetuju.”
Kemudian dipertegas pada kutipam bagian terakhir cerpen sebagai berikut ini.
“….Ah, mungkin ia terlalu tua hingga tak dapat membaca satu tanda yang menyumbulkan keganjilan yang maha: Bulan Celurit Api yang menantang pucuk Limasnya beberapa hari yang lalu. Dan kini berbalik: Pucuk Limas yang menantangnya dengan bara yang menyala-nyala, hendak memanggang sabit raksasa itu. Ah! Kini, bukan saatnya meraba alamat tanda atau menyesali kebodohan berkira-kira… Ini salah bumi, yang lumar berkurap-kurap, yang berkarat terlampau pekat!”
Berdasarkan kedua kutipan diatas jelas bahwa Mak Muna mempunyai kemampuan menafsirkan suatu yang akan terjadi kedepan dengan melihat tanda-tanda alam namun dia ragu untuk mengutarakannya,
•    Latar
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya suatu peristiwa.
a.    Latar Tempat
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan tempat umum, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen “Bulan Celurit Api” karya Benny Arnas ini yaitu rumah, tempat hajatan, pasar,
b.    Latar Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam cerpen “Bulan Celurit Api” karya Benny Arnas ini terjadi pada malam hari yang ditunjukan pada kutipan berikut ini.
“Mak Muna duduk ditubir jenjang. Menengadah kekelam raya. Bulan berubah menjadi celurit api….”
Pada kutipan di atas, jelas bahwa Mak Muna sedang memandangi bulan. Walaupun tidak disebutkan secara langsung tetapi, bulan menunjukan bahwa suasananya itu terjadi pada malam hari.
Selain itu latar  waktu yang terjadi pada malam hari juga dapat ditujukan oleh beberapa kutipan dibawah ini seperti:
”...Pekan lalu Mak Muna lupa persisnya diundang salim(ketua RT), untuk berkumpul dilaman Haji makmun bakda Isa mala m ini…”.
Pada kutipan diatas, jelas bahwa latar waktu yang terjadi pada saat itu adalah pada malam hari dimana undangan yang akan dihadiri oleh Mak Muna pada bakda Isa.
“….Ah, mungkin ia terlalu tua hingga tak dapat membaca satu tanda yang menyumbulkan keganjilan yang maha: Bulan Celurit Api yang menantang pucuk Limasnya beberapa hari yang lalu. Dan kini berbalik: Pucuk Limas yang menantangnya dengan bara yang menyala-nyala, hendak memanggang sabit raksasa itu. Ah! Kini, bukan saatnya meraba alamat tanda atau menyesali kebodohan berkira-kira… Ini salah bumi, yang lumar berkurap-kurap, yang berkarat terlampau pekat!”
Dari kutipan di atas latar waktu sangat jelas ditujukan karena didalam kutipan itu menjelaskan tentang pucuk limas yang menentang bulan.

•    Alur
Alur dalam cerpen “Bulan Celurit Api” karya Benny Arnas ini menggunakan alur maju-mundur.
Dalam cerpen ini menceritakan tentang seorang wanita tua (Mak Muna) yang memiliki kemampuan menafsirkan sesuatu dengan membaca keadaan alam. Akan tetapi apa yang dia tafsirkan itu bertentangan selalu ditentang oleh keadaan yang mengakibatkan terjadinya konflik batin didalam dirinya. Sesekali dia melupakan apa yang dia tafsirkan itu.
Dalam situasi lain ketika dia berada disebuah acara hajatan mak bira ini mendapat undangan dari Haji Makmun orang tersohor di kampungnya. Sambil menikmati acara yang  sedang berlangsung, sesekali dia mengingat masa lalunya. Selain itu ada beberapa kejadian yang mengingatkan Mak Muna mengenang masa lalunya.
•    Penokohan
Yang dimaksud dengan penokohan yaitu bagaimana pengarang menampilkan peilaku tokoh-tokoh berikut wataknya.
Pada cerpen “Bulan Celurit Api” karya Benny Arnas terdapat beberapa tokoh diantaranya:
1.    Mak Muna (tokoh utama)
Dikatakan Mak Muna dikatakan sebagai tokoh utama karena didalam cerpen tersebut Mak Muna merupakan central pemba hasan dalam cerpen tersebut. Di setiap paragraph cerpen ini memebahas tentang wanita tua (MakMuna).dimana pada tokoh ini berlaku sebagai tokoh antagonis dan tritagonis.
2.    Iyut dan haji Makmun(tokoh menengah)
Dikatakan tokoh ini sebagai tokoh menengah karena pada cerpen diatas hanya menceritakan  sebagian dari keseluruhan isi cerita.dimana dalam cerpen ini iyut  sebagai tetangga   Mak Muna  dimana sebelumnya iyut  ini pernah menjalin cinta bersama anak  Mak  Muna.sedangkan Haji Makmun ini adalah  seorang warga yang tersohor dikampung itu  yang mana Mak Muna  memiliki kegaguman  tersendiri terhadap Haji Makmud.
3.    Maria, Mira, Ruslin,haji Bidin,Seno,Anjani,Yanti, DewiAlberto,Isabela ,Umar.
Dimana tokoh ini  sebagai tokoh pelengkap karena peran mereka dalam cerpen ini hanya sementara dan melengkapi cerita sehingga cerpen diatas menjadi utuh.
•    Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara pengungkaan seseorang.cara bagaimana seoarang pengarang memiliki tema,perseolan dan menceritakandalam sebuah cerpen.
Dalam cerpen diatas terdapat beberapa gaya bahasa di antaranya  gaya bahasa :
1.    Gaya  bahasa personifikasi
Metafora yaitu suatu gaya bahasa yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup.dimana pada cerpen di atas dapat dikutip sebagai berikut.
“Bulan Berubah menjadi celurit api, lagaknya mengajak pucuk limas berseteru”
Hal ini dapat digambarkan bahwa bulan merupakan benda mati akan tetapi dapat memancarkan cahayany a pada malam hari dimana pada cerpen diatas bulan tersebut berubah menjadi celurit api yang mengajak atap rumah untuk berseteru .
2.    Majas hiperbola
Pada cerpen di atas yang merupakan bentuk bahasa hiperbola adalah  “Serasa tercerabut nyawanya”. Hal ini dapat di gambarkan dengan adanya ungkapan serasa tercerabut nyawanya yang melebih-lebihkan suasana hati dari Mak Muna.
3.    Majas metafora
Pada cerpen di atas yang merupakan bentuk majas metafora adalah  “Api berkibar-kibar di sana, di atap ‘rumah pusaka’. Selain contoh di atas kalimat yang juga mengunakan majas metafora adalah “ Seakanakan bocah gagu itu akan menjadi ‘tukang kabar’ bila ia mati kelak. Kedua frase tersebut menunjukan kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang digantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar