Jumat, 15 Juni 2012

Kemampuan Berpidato


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, alat penghubung antara satu dengan yang lainnya. Dengan bahasa kita dapat melakukan interaksi sosial atau melakukan pertukaran informasi dalam berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pertukaran informasi tersebut dapat dilakukan melalui diskusi, seminar atau sejenisnya serta dapat melaui pengarahan atau pidato-pidato.
Transfer informasi, ide, gagasan dan pendapat dapat berjalan dengan baik apabila seseorang menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain atau pendengar. Pemilihan kata-kata ataupun istilah misalnya pada saat berbicara (secara lisan) haruslah selalu berdasarkan kaidah-kaidah yang ada dalam suatu bahasa, sehingga dengan demikian kata-kata yang diungkapkan mampu dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Berbicara sebagai suatu bentuk aktivitas berbahasa, diperoleh setelah berbicara keterampilan menyimak dan memahami lebih dahulu dikuasainya. Berbicara atau belajar berbicara jelas lebih sulit daripada belajar memahami ujaran orang lain. Dengan kata lain aspek produktif lebih sulit dari aspek reseptif. Berbicara lebih banyak menyerap waktu dan tenaga karena  membutuhkan berbagai variasi.
Seseorang yang ingin mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapatnya kepada orang lain, memerlukan penguasaan kosakata yang cukup. Dengan demikian, semakin banyak kata yang dikuasai, maka semakin panyak pula ide dan gagasan yang dikuasainya dan sanggup dingkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan yang diiringi pula dengan luasnya kosakata yang dikuasai, maka dengan mudah mengadakan komunikasi dengan orang lain. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang mempunyai banyak ide tetapi tidak mempunyai perbendaharaan kata-kata untuk mengungkapkannya, maka hal tersebut menjadi tidak berguna.
Berbicara sangat berperan di hadapan suatu kelompok pendengar. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain pemilihan kata-kata ataupun istilah pada saat berbicara (secara lisan) haruslah selalu berdasarkan kaidah-kaidah yang ada dalam suatu bahasa, sehingga demikian kata-kata yang diungkapkan mampu dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Arsjad (1998:86), mengemukakan bahwa kenyataan berbahasa yang ada, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan yang lain. Lebih dari separuh waktu yang kita gunakan berbicara selebihnya barulah untuk menulis dan membaca.
Gazali (2003:1) yang mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara merupakan salah satu aspek pembelajaran yang wajib diberikan di sekolah-sekolah. Pembelajaran berbicara seharusnya mendapat prosi yang seimbang dengan pembelajaran bahasa yang lain, seperti pembelajaran menyimak, membaca, dan menulis. Namun kenyataan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara sering diabaikan oleh para guru, padahal keterampilan tersebut dapat melatih anak untuk berpikir kritis dan kreatif, bahkan dapat melatih anak untuk berpikir secara cepat.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP tahun 2006, dicantumkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan komunikatif. Hal ini disebabkan oleh hakikat belajar bahasa yang mengacu pada belajar berkomunikasi. Setiap orang yang terlibat dan ingin mempertahankan diri dalam kehidupan sosial harus memiliki keterampilan berbahasa.
Berdasarkan kenyataan di atas dipandang perlu untuk membiasakan setiap sisiwa untuk berbicara. Pemberian materi berbicara khususnya berpidato harus harus selalu diupayakan agar setiap siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya sebagai acuan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini pulalah yang mendasari sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: ”Kemampuan Berpidato Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari” untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang kemampuan berpidato siswa, sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi pihak sekolah atau yang berwenang untuk mengambil langkah-langkah pembelajaran yang  telah ditetapkan.
1.2  Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini: ”Bagaimanakah kemampuan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari?”

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari tahun pelajaran 2009/2010.
1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran berbicara, khususnya materi berpidato.
b.      Sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan dalam merancang kurikulum yang sesuai bagi siswa pada tingkatan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
c.       Sebagai bahan referensi bagi penelitin lain yang mengadakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
1.5  Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari di depan kelas yang meliputi aspek bahasa, aspek isi, dan aspek penampilan.
1.6  Batasan Istilah
Batasan istilah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
(1)    Berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain.
(2)    Teknik berbicara adalah cara atau metode yang digunakan pada saat berbicara sehingga lawan bicara dapat memahami apa yang disampaikan oleh pembicara.
(3)    Kemampuan berpidato adalah kemampuan berbicara di hadapan orang banyak untuk mengekspresikan pikiran, ide, dan gagasan serta perasaan kepada orang lain dengan memperhatikan aspek-aspek berpidato.
(4)    Pidatof formal adalah pidato yang disampaikan di hadapan orang banyak dan dalam suasana yang resmi dengan menggunakan bahasa yang baku misalnya dalam pidato hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
(5)    Pidato tidak formal adalah pidato yang disampaikan di hadapan orang banyak dan dalam suasana yang santai misalnya dalam pertemuan kekeluargaan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Pidato
Pidato adalah satu bentuk berbicara di muka umum dengan menggunakan bahasa lisan (Lagousi, 1986:8).
Widyamartaya (1994:19) mengemukakan bahwa berpidato adalah berbicara di depan umum dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk menghasilkan pidato yang baik, diperlukan teknik dan kepercayaan diri.

2.2    Jenis-jenis Pidato
Lagousi (1986:31-37) menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya, pidato dapat dibagi 3, yaitu: (a) pidato rekreatif, (b) pidato persuasif, dan (c) pidato instruktif.
(a)    Pidato rekreatif
Pidato ini bersifat menyenangkan/kekeluargaan. Pembicara yang membawakan pidato secara kekeluargaan harus memiliki keahlian untuk dapat memperagakan dan menguraikan sedemikian rupa keinginan, suasana hati atau batin pembicara, sehingga memungkinkan terdapatnya hubungan batin antara pembicara dengan penyimak, begitupun antara penyimak dengan penyimak. Contoh jenis pidato ini antara lain pidato sambutan selamat datang, pidato perpisahan, pidato perkenalan, pidato penyajian, dan lain-lain.
(b)   Pidato persuasif
Merupakan keahlian dan seni seseorang pembicara untuk menanamkan gagasan-gagasannya kepada penyimaknya dengan mengharapkan suatu tindakan atau akor yang konsekwen. Tindakan-tindakan itu merupakan realisasi atau konsekwensi logis daripada penerimaan suatu pendirian penuntutan seperangkat prinsip.
(c)    Pidato instruktif
Merupakan pidato yang disampaikan untuk tujuan ingin menyampaikan atau memberikan pengajaran atau informasi kepada penyimaknya agar dapat memahami apa yang disampaikan kepadanya.
2.3    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Berpidato
Laogusi (1986:8) memberikan pengertian bahwa berpidato adalah satu bentuk berbicara di depan umum. Bahasa yang dipakai dalam berpidato adalah bahasa lisan. Dengan demikian berpidato harus memiliki beberapa unsur berkomunikasi secara lisan yaitu pembicara, gagasan, bahasa lisan, penyimak, dan reaksi balik dari penyimak, maupun dari pembicara sendiri.
Lebih lanjut Lagousi (1986:11) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi keberhasilan berpidato yaitu:
1)      Faktor bahasa
2)      Faktor pembicara
3)      Faktor  penyimak
4)      Faktor lingkungan suasana
5)      Faktor seni berkomunikasi
1)      Faktor bahasa
Merupakan faktor paling dominan mempengaruhi keberhasilan berpidato. Tanpa bahasa maka tidak mungkin ada komunikasi antarindividu. Bahasa adalah alat pengungkapan gagasan manusia. Berarti, bahwa bahasa adalah alat berpikri manusia, karena pengungkapan gagasan adalah hasil proses berpikir manusia. Faktor bahasa tersebut adalah bagaimana tersebut adalah bagaimana lafal yang ada dalam pemilihan kata yang tepat, cermat dan seksama serta pemakaian kalimat efektif.
2)      Faktor pembicara
Pembicara adalah sumber gagasan atau produsen. Pembicara yang produktif akan lebih menyegarkan dan menyenangkan konsumen, karena konsumen akan selalu memperoleh gagasan-gagasan baru yang sesuai dengan wkatu dan tempat. Pembicara harus kaya gagasan. Karena itu pembicara harus memiliki sifat-sifat kemandirian mental dan psikologis. Sifat-sifat kemandirian seseorang pembicara dapat dilihat antara lain sebagai berikut:
a.       Memiliki sifat yang berani dan keyakinan teguh untuk sukses dalam pekerjaannya
b.      Memiliki sifat sopan, rendah hati tetapitidak merasa rendah diri
c.       Ramah tamah
d.      Suka menerima pendapat orang lain tetapi korektif
e.       Berani dan berkeyakinan teguh untuk sukses


3)      Faktor  penyimak
Keberhasilan berpidato juga bergantung pada penyimaknya. Penyimak yang tidak mrasa ikut berpartisipasi dalam proses berlangsungnya pidato termasuk penyimak yang gagal mencapai tujuan berpidato itu sendiri. Sebaliknya pembicara yang tidak mampu mengarahkan perhatian penyimaknya ke tujuan pembicaraan, maka dianggap pembicaraan gagal. Karena itu pembicara harus mengetahui identitas penyimaknya sebelum melakukan pidato.
4)      Faktor lingkungan suasana
Faktor lingkungan pembicaraan adalah situasi yang ada yang dapat mempengaruhi pembicara atau pidato seseorang. Lingkungan ini dapat berbentuk  waktu, tempat, cuaca, orang, sosial, politik, ekonomi, agama, adat istiadat, dan lain-lain.
5)      Faktor seni berkomunikasi
Adalah keahlian seseorang menyampaikan gagasannya kepada orang lain. Pada seni berkomunikasi adalah bagaimana pembicara menyatakan gagasannya kepada orang lain,sehingga penyimaknya tertarik kepada pembicara, dan gagasannya pun merasuk ke jiwa mereka tanpa disadarinya.
Dale Carnegie dalam Lagousi (1986:19) mengemukakan beberapa syarat untuk memiliki seni berkomunikasi yaitu:
a.       Jangan terlalu menyadari kekurangan sendiri
b.      Jangan meniru cara orang lain
c.       Berbicaralah dengan para penyimak
d.      Membuat suara lebih keras dan luwes
e.       Pidato yang menarik
2.4    Persiapan Berpidato
Arsjad (1987:56) menyatakan bahwa untuk memiliki kemampuan berpidato yang baik diperlukan persiapan yang sebaik – baiknya dan latihan secara teratur. Seseorang berpidato berarti memberi informasi atau menyampaikan suatu pengetahuan kepada oeang banyak.
Menurut Dr. Gorys kerf dalam Arsjad (1987:56) mengemukakan ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik, yaitu:
1.      menentukan topik dan tujuan
2.      menganalisisi pendengar dan situasi
3.      Memilih dan menyempitkan  topik
4.      Mengumpulkan bahan
5.      Membuat kerangka uraian
6.      menguraikan secara mendetail
7.      Melatih dengan suara nyaring
2.5    Metode Berpidato
Metode berpidato sangat penting artinya dalam penentuan kadar mutu suatu pidato. Di samping itu metode berpidato tergantung juga pada komponen-komponen yang lain turut mempengaruhi kebierhasilan pidato, seperti tujuan, waktu, pendengar, suasana dan seni berkomunikasi.
Arsjad (1987:65) mengemukakan bahwa ada empat metode yang sering dipakai orang dalam beridato yaitu :
2)      Metode impromptu (serta merta)
Metode ini dilakukan berdasarkan kebutuhan sesaat. Pembicara sebelum berbicara tidak melakukan persiapan sama sekali, melainkan secara serta merta berbicara berdasarkan pengetahuannya dan kemampuannya. Kesanggupan dan kemampuan penyampaian lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau terpaksa, namun kegunaannya terbatas pada waktu yang tidak terduga itu saja. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang ada, dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
3)      Metode menghafal
Metode ini dipersiapkan dan ditulis secara lengkap lebih dulu, kemudian dihafal kata demi kata. Pembicara dengan menggunakan metode ini sering menjemukan dan tidak menarik ada kecenderungan untuku berbicara cepat-cepat dan mengeluarkan kata-kata tanpa menghayati maknanya.
4)      Metode naskah
Metode ini sering dipakai dalam pidato resmi atau pidato televisi dan radio. Metode ini sifatnya agak kaku, sebab bila tidak atau kurang melakukan latihan yang cukup, terjadi seolah-olah tidak ada hubungan antara pembicara dengan pendengar. Pembicara harus daat memberikan tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraannya. Untuuk itu pembicara perlu melakukan latihan yang intensif.

5)      Metode ekstemporan (tanpa persiapan naskah)
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan yang penting, kadan dipersiapkan knonsep berupa naskah, namun tidak dihafal kata demi kata. Dalam penyampaiannya pembicara bebas memilih kata-katanya sendiri. Catatan dan konsep naskah yang dipersiapkan hanya digunakan untuk mengingat urutan topik pembicaraannya. Dengan metode ini pembicara dapat mengubah nada pembicaraannya sesuai dengan reaksi yang timbul pada para pendengar sementara pembicaraan berlangsung.
Agar pidato yang disampaikan dapat berhasil, maka menurut Widyamartaya (1994:16) ada beberapa teknik sederhana yang perlu dilakukan yaitu:
1)      Pertama-tama mendengarkan suaranya sendiri dalam berbicara di depan orang banyak.
2)      Mencoba melihat apakah ia telah dapat menarik perhatian para pendengar, meski sedikit sekalipun, dari ekspresi wajah mereka.
3)      Umpan balik yang ia lakukan dapat mendorongnya untuk berusaha meningkatkan kejelasan dan kekuatan kata-katanya.
Untuk membicarakan materi pidato, anda dapat meminta mengamati orang yang berpidato, kemudian siswa dalam kelompok kecil dapat berdiskusi tentang rumusan pidato. Selanjutnya, setelah siswa tahu dan dan paham tentang pidato, anda dapat memintanya untuk praktek berpidato mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya dan akrab dengan kehidupannya, misalnya kebersihan lingkungan (Depdiknas, 2003:83).
2.6    Evaluasi (Penilaian) Kemampuan Berpidato
Yang dimaksud dengan evaluasi adalah penilaian hasil kegiatan berpidato menurut pengamatan pengamat atau penyimak berdasarkan kriteria-kriteria penilaian tertentu. Pada dasarnya kriteria-kriteria pidato yang dinilai itu adalah bahasa, isi, penampilan.
Nurgiantoro (1988:265) mengemukakan bahwa model lain yang digunakan dalam penelitian berbicara adalah (khususnya dalam pidato dan cerita adalah sebagai berikut: skala yang digunakan adalah skala 0 (sangat buruk) s.d. 10 (sangat baik), yang meliputi:
a)      Keakuratan informasi
b)      Hubungan antarinformasi
c)      Kecepatan struktur dan kosakata
d)     Kelancaran
e)      Kewajaran urutan wacana
f)       Gaya pengucapan






Tarigan (1990:26), mengemukakan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya kita harus memperhatikan lima faktor yaitu:
1)      Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan tepat?
2)      Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta tekanan suku kata memuaskan?
3)      Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakannya?
4)      Apakah kata-kata yang diucapkannya itu dalam bentuk urutan yang tepat?
5)      Sejauh manakah kewajaran dan kelancaran yang tercermin bila seseroang berbicara?

BAB III
METODE  DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1    Metode Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dikatakan deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini berusaha untuk memaparkan secara obyektif kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari dalam bentuk berpidato di depan kelas.
3.2    Populasi dan Sampel
3.2.1        Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 175 orang yang terbagi dalam lima kelas yakni kelas VIII1 berjumlah 36 orang, kelas VIII2 berjumlah 35 orang, kelas VIII3 berjumlah 35 orang, kelas VIII4 berjumlah 35 orang serta kelas VIII5 berjumlah 35 orang.
3.2.2        Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebesar 25%, sehingga dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 orang dari jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari tahun pelajaran 2009/2010.
Hal tesebut sejalan dengan pendapat Arikunto (1991:17) yang mengatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang maka sampel diambil 10 – 30%, tetapi jika populasinya kurang dari 100 orang, maka seluruh populasi akan dijadikan sampel.
Tehnik yang digunakan dalam pengamblan sampel adalah Stratified Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara mengurutkan prestasi siswa dari yang terendah sampai yang tertinggi
3.3    Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengamati kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari yang dituangkan dalam bentuk pidato. Pidato siswa tersebut direkam. Masing-masing siswa diberi kesempatan untuk berpidato selama 5 – 10 menit. Dari hasil rekaman tersebut selanjutnya ditranskripkan ke dalam bentuk nilai yakni dalam lembaran observasi yang telah disiapkan. Aspek-aspek yang dinilai saat berpidato adalah bahasa (lafal, pemakaian kata, serta pemakaian kalimat), isi (penyajian bahan, susunan bahan, serta bentuk pengungkapan), dan penampilan (mimik dan gerak-gerik, suara, serta seni berkomunikasi).







3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui tingkat kemampuan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari maka setiap siswa (sampel) berpidato di depan kelas yang direkam dalam sebuah kaset.
Penilaian kemampuan berpidato siswa tersebut menggunakan panduan penelitian yang telah disiapkan. Adapun judul pidato yang akan dibawakan oleh siswa telah disiapkan oleh penulis yakni:
1)      Pengaruh video game bagi perkembangan remaja
2)      Pengaruh rokok bagi kesehatan
Setiap siswa diberi kesempatan untuk memilih salah satu judul yang telah disiapkan oleh penulis. Sebelum berpidato, siswa (sampel) diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu selama 2 (dua) hari di rumah. Panduan pengamatan yang digunakan dalam pengumpulan data berdasarkan format penilaian keterampilan berpidato yang dibuat sesuai kriteria penilaian yang meliputi aspek bahasa, isi, dan penampilan yang terlampir pada lampiran.
3.4    Teknik Analisis Data
Setelah diberi skor, hasil kerja siswa tersebut dinilai. Dalam hal penilaian, data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik yang digunakan yaitu persentase, yakni untuk mengetahui persentase kemampuan berpidato baik secara individu maupun secara klasikal.
Rumus yang digunakan untuk menentukan persentase kemampuan berpidato siswa secara individual adalah:
Sedangkan rumus untuk menentukan persentase keterampilan berpidato secara klasikal adalah sebagai berikut:
Dari persentase yang diperoleh, selanjutnya diacukan pada kriteria kemampuan belajar siswa yang ditetapkan secara individual. Siswa dikatakan mampu apabila mencapai kemampuan minimal 65% dari semua aspek yang dinilai, sedangkan secara klasikal dikatakan mampu apabila terdapat 85% siswa yang mencapai kemampuan minimal 65% dari semua aspek yang dinilai (Depdikbud, 1997:32).











PROPOSAL PENELITIAN

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 12 KENDARI








OLEH :
SITTI JAMILA
A1 D1 06 036







FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar