BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi,
alat penghubung antara satu dengan yang lainnya. Dengan bahasa kita dapat
melakukan interaksi sosial atau melakukan pertukaran informasi dalam berbagai
aspek dan disiplin ilmu. Pertukaran informasi tersebut dapat dilakukan melalui
diskusi, seminar atau sejenisnya serta dapat melaui pengarahan atau
pidato-pidato.
Transfer informasi, ide, gagasan dan
pendapat dapat berjalan dengan baik apabila seseorang menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti oleh orang lain atau pendengar. Pemilihan kata-kata ataupun
istilah misalnya pada saat berbicara (secara lisan) haruslah selalu berdasarkan
kaidah-kaidah yang ada dalam suatu bahasa, sehingga dengan demikian kata-kata
yang diungkapkan mampu dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Berbicara sebagai suatu bentuk aktivitas
berbahasa, diperoleh setelah berbicara keterampilan menyimak dan memahami lebih
dahulu dikuasainya. Berbicara atau belajar berbicara jelas lebih sulit daripada
belajar memahami ujaran orang lain. Dengan kata lain aspek produktif lebih sulit
dari aspek reseptif. Berbicara lebih banyak menyerap waktu dan tenaga karena membutuhkan berbagai variasi.
Seseorang yang ingin mengungkapkan
gagasan, ide, dan pendapatnya kepada orang lain, memerlukan penguasaan kosakata
yang cukup. Dengan demikian, semakin banyak kata yang dikuasai, maka semakin
panyak pula ide dan gagasan yang dikuasainya dan sanggup dingkapkannya. Mereka
yang menguasai banyak gagasan yang diiringi pula dengan luasnya kosakata yang
dikuasai, maka dengan mudah mengadakan komunikasi dengan orang lain. Demikian
pula sebaliknya, bila seseorang mempunyai banyak ide tetapi tidak mempunyai
perbendaharaan kata-kata untuk mengungkapkannya, maka hal tersebut menjadi
tidak berguna.
Berbicara sangat berperan di hadapan suatu
kelompok pendengar. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara akan dapat
dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain pemilihan
kata-kata ataupun istilah pada saat berbicara (secara lisan) haruslah selalu
berdasarkan kaidah-kaidah yang ada dalam suatu bahasa, sehingga demikian
kata-kata yang diungkapkan mampu dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Arsjad (1998:86), mengemukakan bahwa
kenyataan berbahasa yang ada, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan
dibandingkan dengan yang lain. Lebih dari separuh waktu yang kita gunakan
berbicara selebihnya barulah untuk menulis dan membaca.
Gazali (2003:1) yang mengemukakan bahwa
pembelajaran berbicara merupakan salah satu aspek pembelajaran yang wajib
diberikan di sekolah-sekolah. Pembelajaran berbicara seharusnya mendapat prosi
yang seimbang dengan pembelajaran bahasa yang lain, seperti pembelajaran
menyimak, membaca, dan menulis. Namun kenyataan menunjukkan bahwa keterampilan
berbicara sering diabaikan oleh para guru, padahal keterampilan tersebut dapat
melatih anak untuk berpikir kritis dan kreatif, bahkan dapat melatih anak untuk
berpikir secara cepat.
Keterampilan berbicara merupakan salah
satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa, khususnya
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SMP tahun 2006, dicantumkan bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia menggunakan pendekatan komunikatif. Hal ini disebabkan oleh hakikat
belajar bahasa yang mengacu pada belajar berkomunikasi. Setiap orang yang
terlibat dan ingin mempertahankan diri dalam kehidupan sosial harus memiliki
keterampilan berbahasa.
Berdasarkan kenyataan di atas dipandang
perlu untuk membiasakan setiap sisiwa untuk berbicara. Pemberian materi
berbicara khususnya berpidato harus harus selalu diupayakan agar setiap siswa
dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya sebagai acuan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini pulalah yang mendasari sehingga penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul: ”Kemampuan Berpidato Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 12 Kendari” untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang
kemampuan berpidato siswa, sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi pihak
sekolah atau yang berwenang untuk mengambil langkah-langkah pembelajaran
yang telah ditetapkan.
1.2
Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini:
”Bagaimanakah kemampuan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari?”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12
Kendari tahun pelajaran 2009/2010.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai
dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran berbicara, khususnya materi berpidato.
b. Sebagai bahan masukan bagi penentu
kebijakan dalam merancang kurikulum yang sesuai bagi siswa pada tingkatan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
c. Sebagai bahan referensi bagi penelitin
lain yang mengadakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
1.5
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini akan
dibatasi pada pelaksanaan berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari di
depan kelas yang meliputi aspek bahasa, aspek isi, dan aspek penampilan.
1.6
Batasan Istilah
Batasan istilah yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah:
(1) Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan
kepada orang lain.
(2) Teknik berbicara adalah cara atau metode
yang digunakan pada saat berbicara sehingga lawan bicara dapat memahami apa
yang disampaikan oleh pembicara.
(3) Kemampuan berpidato adalah kemampuan
berbicara di hadapan orang banyak untuk mengekspresikan pikiran, ide, dan
gagasan serta perasaan kepada orang lain dengan memperhatikan aspek-aspek
berpidato.
(4) Pidatof formal adalah pidato yang
disampaikan di hadapan orang banyak dan dalam suasana yang resmi dengan
menggunakan bahasa yang baku misalnya dalam pidato hari ulang tahun kemerdekaan
Republik Indonesia.
(5) Pidato tidak formal adalah pidato yang
disampaikan di hadapan orang banyak dan dalam suasana yang santai misalnya
dalam pertemuan kekeluargaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pidato
Pidato adalah satu bentuk berbicara di
muka umum dengan menggunakan bahasa lisan (Lagousi, 1986:8).
Widyamartaya (1994:19) mengemukakan bahwa
berpidato adalah berbicara di depan umum dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk
menghasilkan pidato yang baik, diperlukan teknik dan kepercayaan diri.
2.2
Jenis-jenis Pidato
Lagousi (1986:31-37) menyatakan bahwa
berdasarkan tujuannya, pidato dapat dibagi 3, yaitu: (a) pidato rekreatif, (b)
pidato persuasif, dan (c) pidato instruktif.
(a) Pidato rekreatif
Pidato ini bersifat
menyenangkan/kekeluargaan. Pembicara yang membawakan pidato secara kekeluargaan
harus memiliki keahlian untuk dapat memperagakan dan menguraikan sedemikian
rupa keinginan, suasana hati atau batin pembicara, sehingga memungkinkan
terdapatnya hubungan batin antara pembicara dengan penyimak, begitupun antara
penyimak dengan penyimak. Contoh jenis pidato ini antara lain pidato sambutan
selamat datang, pidato perpisahan, pidato perkenalan, pidato penyajian, dan
lain-lain.
(b) Pidato persuasif
Merupakan keahlian dan seni seseorang
pembicara untuk menanamkan gagasan-gagasannya kepada penyimaknya dengan
mengharapkan suatu tindakan atau akor yang konsekwen. Tindakan-tindakan itu
merupakan realisasi atau konsekwensi logis daripada penerimaan suatu pendirian
penuntutan seperangkat prinsip.
(c) Pidato instruktif
Merupakan pidato yang disampaikan untuk
tujuan ingin menyampaikan atau memberikan pengajaran atau informasi kepada
penyimaknya agar dapat memahami apa yang disampaikan kepadanya.
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Berpidato
Laogusi (1986:8) memberikan pengertian
bahwa berpidato adalah satu bentuk berbicara di depan umum. Bahasa yang dipakai
dalam berpidato adalah bahasa lisan. Dengan demikian berpidato harus memiliki
beberapa unsur berkomunikasi secara lisan yaitu pembicara, gagasan, bahasa
lisan, penyimak, dan reaksi balik dari penyimak, maupun dari pembicara sendiri.
Lebih lanjut Lagousi (1986:11)
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi keberhasilan
berpidato yaitu:
1) Faktor bahasa
2) Faktor pembicara
3) Faktor
penyimak
4) Faktor lingkungan suasana
5) Faktor seni berkomunikasi
1)
Faktor bahasa
Merupakan faktor paling dominan
mempengaruhi keberhasilan berpidato. Tanpa bahasa maka tidak mungkin ada
komunikasi antarindividu. Bahasa adalah alat pengungkapan gagasan manusia.
Berarti, bahwa bahasa adalah alat berpikri manusia, karena pengungkapan gagasan
adalah hasil proses berpikir manusia. Faktor bahasa tersebut adalah bagaimana
tersebut adalah bagaimana lafal yang ada dalam pemilihan kata yang tepat,
cermat dan seksama serta pemakaian kalimat efektif.
2)
Faktor pembicara
Pembicara adalah sumber gagasan atau
produsen. Pembicara yang produktif akan lebih menyegarkan dan menyenangkan
konsumen, karena konsumen akan selalu memperoleh gagasan-gagasan baru yang
sesuai dengan wkatu dan tempat. Pembicara harus kaya gagasan. Karena itu
pembicara harus memiliki sifat-sifat kemandirian mental dan psikologis.
Sifat-sifat kemandirian seseorang pembicara dapat dilihat antara lain sebagai
berikut:
a. Memiliki sifat yang berani dan keyakinan
teguh untuk sukses dalam pekerjaannya
b. Memiliki sifat sopan, rendah hati
tetapitidak merasa rendah diri
c. Ramah tamah
d. Suka menerima pendapat orang lain tetapi
korektif
e. Berani dan berkeyakinan teguh untuk sukses
3)
Faktor
penyimak
Keberhasilan berpidato juga bergantung
pada penyimaknya. Penyimak yang tidak mrasa ikut berpartisipasi dalam proses
berlangsungnya pidato termasuk penyimak yang gagal mencapai tujuan berpidato
itu sendiri. Sebaliknya pembicara yang tidak mampu mengarahkan perhatian
penyimaknya ke tujuan pembicaraan, maka dianggap pembicaraan gagal. Karena itu
pembicara harus mengetahui identitas penyimaknya sebelum melakukan pidato.
4)
Faktor lingkungan suasana
Faktor lingkungan pembicaraan adalah
situasi yang ada yang dapat mempengaruhi pembicara atau pidato seseorang.
Lingkungan ini dapat berbentuk waktu,
tempat, cuaca, orang, sosial, politik, ekonomi, agama, adat istiadat, dan
lain-lain.
5)
Faktor seni berkomunikasi
Adalah keahlian seseorang menyampaikan
gagasannya kepada orang lain. Pada seni berkomunikasi adalah bagaimana
pembicara menyatakan gagasannya kepada orang lain,sehingga penyimaknya tertarik
kepada pembicara, dan gagasannya pun merasuk ke jiwa mereka tanpa disadarinya.
Dale Carnegie dalam Lagousi (1986:19) mengemukakan
beberapa syarat untuk memiliki seni berkomunikasi yaitu:
a. Jangan terlalu menyadari kekurangan
sendiri
b. Jangan meniru cara orang lain
c. Berbicaralah dengan para penyimak
d. Membuat suara lebih keras dan luwes
e. Pidato yang menarik
2.4 Persiapan Berpidato
Arsjad (1987:56) menyatakan bahwa untuk
memiliki kemampuan berpidato yang baik diperlukan persiapan yang sebaik –
baiknya dan latihan secara teratur. Seseorang berpidato berarti memberi
informasi atau menyampaikan suatu pengetahuan kepada oeang banyak.
Menurut Dr.
Gorys kerf dalam Arsjad (1987:56) mengemukakan ada tujuh langkah yang perlu
diperhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik, yaitu:
1. menentukan topik dan tujuan
2. menganalisisi pendengar dan situasi
3. Memilih dan menyempitkan topik
4. Mengumpulkan bahan
5. Membuat kerangka uraian
6. menguraikan secara mendetail
7. Melatih dengan suara nyaring
2.5
Metode Berpidato
Metode berpidato sangat penting artinya
dalam penentuan kadar mutu suatu pidato. Di samping itu metode berpidato
tergantung juga pada komponen-komponen yang lain turut mempengaruhi
kebierhasilan pidato, seperti tujuan, waktu, pendengar, suasana dan seni
berkomunikasi.
Arsjad (1987:65) mengemukakan bahwa ada
empat metode yang sering dipakai orang dalam beridato yaitu :
2) Metode impromptu (serta merta)
Metode ini dilakukan berdasarkan kebutuhan
sesaat. Pembicara sebelum berbicara tidak melakukan persiapan sama sekali,
melainkan secara serta merta berbicara berdasarkan pengetahuannya dan
kemampuannya. Kesanggupan dan kemampuan penyampaian lisan seperti pidato
menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau terpaksa, namun
kegunaannya terbatas pada waktu yang tidak terduga itu saja. Pembicara
menyampaikan pengetahuannya yang ada, dikaitkan dengan situasi dan kepentingan
saat itu.
3) Metode menghafal
Metode ini dipersiapkan dan ditulis secara
lengkap lebih dulu, kemudian dihafal kata demi kata. Pembicara dengan
menggunakan metode ini sering menjemukan dan tidak menarik ada kecenderungan
untuku berbicara cepat-cepat dan mengeluarkan kata-kata tanpa menghayati
maknanya.
4) Metode naskah
Metode ini sering dipakai dalam pidato
resmi atau pidato televisi dan radio. Metode ini sifatnya agak kaku, sebab bila
tidak atau kurang melakukan latihan yang cukup, terjadi seolah-olah tidak ada
hubungan antara pembicara dengan pendengar. Pembicara harus daat memberikan
tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraannya. Untuuk itu
pembicara perlu melakukan latihan yang intensif.
5) Metode ekstemporan (tanpa persiapan
naskah)
Uraian yang akan dibawakan dengan metode
ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan yang penting, kadan
dipersiapkan knonsep berupa naskah, namun tidak dihafal kata demi kata. Dalam
penyampaiannya pembicara bebas memilih kata-katanya sendiri. Catatan dan konsep
naskah yang dipersiapkan hanya digunakan untuk mengingat urutan topik
pembicaraannya. Dengan metode ini pembicara dapat mengubah nada pembicaraannya
sesuai dengan reaksi yang timbul pada para pendengar sementara pembicaraan
berlangsung.
Agar pidato yang disampaikan dapat
berhasil, maka menurut Widyamartaya (1994:16) ada beberapa teknik sederhana
yang perlu dilakukan yaitu:
1) Pertama-tama mendengarkan suaranya sendiri
dalam berbicara di depan orang banyak.
2) Mencoba melihat apakah ia telah dapat
menarik perhatian para pendengar, meski sedikit sekalipun, dari ekspresi wajah
mereka.
3) Umpan balik yang ia lakukan dapat
mendorongnya untuk berusaha meningkatkan kejelasan dan kekuatan kata-katanya.
Untuk membicarakan materi pidato, anda
dapat meminta mengamati orang yang berpidato, kemudian siswa dalam kelompok
kecil dapat berdiskusi tentang rumusan pidato. Selanjutnya, setelah siswa tahu
dan dan paham tentang pidato, anda dapat memintanya untuk praktek berpidato
mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya dan akrab dengan kehidupannya, misalnya
kebersihan lingkungan (Depdiknas, 2003:83).
2.6
Evaluasi (Penilaian) Kemampuan Berpidato
Yang dimaksud dengan evaluasi adalah
penilaian hasil kegiatan berpidato menurut pengamatan pengamat atau penyimak
berdasarkan kriteria-kriteria penilaian tertentu. Pada dasarnya kriteria-kriteria pidato yang
dinilai itu adalah bahasa, isi, penampilan.
Nurgiantoro (1988:265) mengemukakan bahwa
model lain yang digunakan dalam penelitian berbicara adalah (khususnya dalam
pidato dan cerita adalah sebagai berikut: skala yang digunakan adalah skala 0
(sangat buruk) s.d. 10 (sangat baik), yang meliputi:
a) Keakuratan informasi
b) Hubungan antarinformasi
c) Kecepatan struktur dan kosakata
d) Kelancaran
e) Kewajaran urutan wacana
f) Gaya pengucapan
Tarigan (1990:26), mengemukakan dalam
mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya kita harus
memperhatikan lima faktor yaitu:
1) Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan
konsonan) diucapkan dengan tepat?
2) Apakah pola-pola intonasi, naik dan
turunnya suara serta tekanan suku kata memuaskan?
3) Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa
sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakannya?
4) Apakah kata-kata yang diucapkannya itu
dalam bentuk urutan yang tepat?
5) Sejauh manakah kewajaran dan kelancaran
yang tercermin bila seseroang berbicara?
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian
deskriptif kuantitatif. Dikatakan deskriptif kuantitatif karena dalam
penelitian ini berusaha untuk memaparkan secara obyektif kemampuan berbicara
siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari dalam bentuk berpidato di depan kelas.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari tahun pelajaran 2009/2010
yang berjumlah 175 orang yang terbagi dalam lima kelas yakni kelas VIII1
berjumlah 36 orang, kelas VIII2 berjumlah 35 orang, kelas VIII3
berjumlah 35 orang, kelas VIII4 berjumlah 35 orang serta kelas VIII5
berjumlah 35 orang.
3.2.2
Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah sebesar 25%, sehingga dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 44 orang dari jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari tahun pelajaran
2009/2010.
Hal tesebut sejalan dengan pendapat
Arikunto (1991:17) yang mengatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang
maka sampel diambil 10 – 30%, tetapi jika populasinya kurang dari 100 orang,
maka seluruh populasi akan dijadikan sampel.
Tehnik yang digunakan dalam pengamblan
sampel adalah Stratified Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara
mengurutkan prestasi siswa dari yang terendah sampai yang tertinggi
3.3
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengamati
kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari yang dituangkan
dalam bentuk pidato. Pidato siswa tersebut direkam. Masing-masing siswa diberi
kesempatan untuk berpidato selama 5 – 10 menit. Dari hasil rekaman tersebut
selanjutnya ditranskripkan ke dalam bentuk nilai yakni dalam lembaran observasi
yang telah disiapkan. Aspek-aspek yang dinilai saat berpidato adalah bahasa
(lafal, pemakaian kata, serta pemakaian kalimat), isi (penyajian bahan, susunan
bahan, serta bentuk pengungkapan), dan penampilan (mimik dan gerak-gerik,
suara, serta seni berkomunikasi).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
berpidato siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari maka setiap siswa (sampel) berpidato
di depan kelas yang direkam dalam sebuah kaset.
Penilaian kemampuan berpidato siswa
tersebut menggunakan panduan penelitian yang telah disiapkan. Adapun judul
pidato yang akan dibawakan oleh siswa telah disiapkan oleh penulis yakni:
1) Pengaruh video game bagi perkembangan
remaja
2) Pengaruh rokok bagi kesehatan
Setiap siswa diberi kesempatan untuk
memilih salah satu judul yang telah disiapkan oleh penulis. Sebelum berpidato,
siswa (sampel) diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu selama
2 (dua) hari di rumah. Panduan pengamatan yang digunakan dalam pengumpulan data
berdasarkan format penilaian keterampilan berpidato yang dibuat sesuai kriteria
penilaian yang meliputi aspek bahasa, isi, dan penampilan yang terlampir pada
lampiran.
3.4
Teknik Analisis Data
Setelah diberi skor, hasil kerja siswa
tersebut dinilai. Dalam hal penilaian, data dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif. Statistik yang digunakan yaitu persentase, yakni untuk
mengetahui persentase kemampuan berpidato baik secara individu maupun secara
klasikal.
Rumus yang digunakan untuk menentukan
persentase kemampuan berpidato siswa secara individual adalah:
Sedangkan rumus untuk menentukan
persentase keterampilan berpidato secara klasikal adalah sebagai berikut:
Dari persentase yang diperoleh,
selanjutnya diacukan pada kriteria kemampuan belajar siswa yang ditetapkan
secara individual. Siswa dikatakan mampu apabila mencapai kemampuan minimal 65%
dari semua aspek yang dinilai, sedangkan secara klasikal dikatakan mampu
apabila terdapat 85% siswa yang mencapai kemampuan minimal 65% dari semua aspek
yang dinilai (Depdikbud, 1997:32).
PROPOSAL PENELITIAN
KEMAMPUAN
BERPIDATO SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 12
KENDARI
OLEH :
SITTI JAMILA
A1 D1 06 036
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar